Aku

Assalamualaikum..

Lama juga tak bersua kawan, semoga kita semua tetap sehat, tetap dalam lindungan-Nya.

Mulai sekarang, ijinkan aku menggunakan kata aku untuk diriku, sebegaimana kamu menggunakan kata aku untuk dirimu. Aku lebih sederhana dan lebih mudah kau terima, dibandingkan gue, saya, atau  kami. Aku, adalah entitas elementer dari kita, sebagaimana atom sebagai entitas elementer dari zat.

Sudah dua tahun aku tak mampir ke mari, cukup rindu, cukup kaku, atau mulai ragu. Hehehe.. mungkin hanya terlalu banyak yang telah berlalu dan tak kuceritakan untukku. Mengawali tulisanku sebagai seorang bocah.. dan memulainya sebagai seorang pria dewasa.. atau lebih tepat lagi,  hampir menjadi seorang pria dewasa.

Sangat lucu, menarik, memperhatikan bagaimana seseorang bisa tumbuh dewasa di setiap waktunya, terlebih lagi jika itu dirimu sendiri. Pernah aku punya sebuah komik doraemon, seri cerita masa lalu, dimana Nobita dan Kucing itu berkali-kali kembali ke masa lalu, bertemu dengan nenek dan leluhurnya menggunakan papan dengan lampu belajar besar yang mereka simpan di dalam laci meja, tapi bukan hal itu yang menarik. Perhatianku justru tertuju pada review penulis di akhir cerita, bahwa tiap orang pada dasarnya memiliki mesin waktu mereka sendiri.

Faktanya, hampir semua orang lebih berharap bisa kembali ke masa lalu dibandingkan pergi ke masa depan. Mungkin kita penasaran dengan apa yang akan terjadi pada kita di masa depan, tapi kita justru lebih sering menghabiskan waktu kita untuk merenungi masa lalu.. dan pada saat itu, kita menggunakan mesin waktu.. Memories.

Orang lebih mengenalnya sebagai kenangan, mesin waktu paling kuat yang kita miliki. Semakin kuat kenangan itu, semakin dalam kita dapat menyelami masa itu. Hal ini bekerja secara spesifik, satu arah, terbatas, dan  privat. Hanya bisa menuju  masa tertentu, hanya bisa membuat kita mengingat masa lalu, hanya berlaku selama kita masih bisa mengingat masa itu, dan hanya berlaku untuk satu orang.. dirimu.

Sekeras apapun kau mencoba membawa orang lain ikut bersamamu dengan mesin waktumu, kau tetap tidak akan bisa membawanya. Seberapa baguspun ceritamu, seberapa meyakinkanpun ucapanmu, kamu tetap kamu, dan dia tetap dia, karena yang mengalami, merasa, mengingat dan mengenang itu dirimu.. kenanganmu. 

Walaupun ada orang yang mungkin hampir bisa mengerti kita, tapi hanya dua yang kurasa bisa memahamimu tanpa syarat, Tuhan dan pena. Tapi bolehkah kuanjurkan padamu? Yang Pertama amat sangat jauh lebih baik. Dia akan mendengarkan semua dirimu, baik atau buruk, tanpa sedikitpun menyalahkanmu atau membuatmu merasa rendah, lalu kemudian berbicara padamu tanpa kata, namun dengan bahasa yang indah, hingga perlahan kau sendiripun akan sadar apa yang sebenarnya sedang terjadi padamu. Pernah?

Kawan, jangan dulu merendahkan dirimu atau menyalahkan orang lain. Baik dan buruk itu sangat relatif, dan hampir semua orang pasti melihat diri mereka sebagai seorang protagonis. Baik buruk, benar salah, iya tidak, protagonis antagonis... kau akan lebih condong memiliki perspektif sebagai yang benar walaupun dalam keraguan, karena kau adalah dirimu, sudut pandang orang pertama yang mengalami dan merasa. 

Yah... yang bisa kita lakukan hanya berusaha dan berharap, atau yang jauh lebih tepat disebut dengan ikhtiar dan doa. Berusaha menjadi sebaik-baiknya kamu. Sebagaimana dalam The Little Prince jika kau pernah menontonnya, 

Hanya dengan hati seseorang bisa melihat dengan benar..
Yang paling penting justru tak terlihat oleh mata..

Jadi kawan.. ayo bahagia sama-sama ^_^

Semoga harimu menyenangkan



0 Response to "Aku"

Posting Komentar