Perubahan yang Sama

Langit itu masih sama,
hanya saja bintang tak lagi tersuguh untukku
dalam pejamnya, aku terantuk
menunggu pertemuan tubuh dan jiwa
entah... mereka sudah terlalu lama meninggalkan satu sama lain
bahkan saat nuansa berkeras menjalin, dia hanya bisa menepi
menghalau di sisi nyala api dalam ringkuk yang ia jalani

Garis itu masih satu
dimana tanah dan angkasa tak pernah menyapa, tapi saling bertemu
tempat yang dulu kutunjuk kala bising tak lagi bisa tersanding
menyentuh pelupuk yang perlahan merajut rami
walaupun hingga sekarang, dia masih saja sibuk  menyeka ribuan tapak dari awal masa yang dia selami

Nada itu masih saja
mengalun tipis mengiringi atap tiap kali dia mulai menangis
dengan susah payah si manusia membisukan hatinya, tapi selalu saja tertembus oleh jarum
yang terikat pada benang bertinta merah, hingga dia terdiam
dan mulai larut dalam hasutan masa

Pendar itu masih nyala
mewarnai senyuman saat malamnya mulai meredup dan hatinya mulai tertutup
dia bukan cahaya terang, hanya sepotong pijar dari sebongkah arang
perciknya tenang menjadi penopang segenggam bait yang belum matang
dalam sunyi dia mengerti, hanya agar bagian dirinya jangan sampai menyentuh sang jerami

Pabrik itu masih berdiri,
mengolah ribuan asa dari ratusan kepala yang terombang ambing dalam arus
terdiam aku di tepian lampu taman yang tengah bercerita tentang wajah-wajah yang lewat dan lalu
harinya terselip ragu antara harapan dan pantulan diujung waktu
mendengar itu, terbendung isak tanpa tangis
bahwa tiap orang hanya berusaha memandang ke luar teralis


Ketika sesuatu berubah, yang lainnya menetap sama
tak bergerak, tak bertolak
menunggu tawanya kembali tergelak
menunggu dadanya kembali tersentak
dalam suatu periode dimana mereka pernah menjadi perak
bukan emas

Genggamlah prasastimu, pastikan kau menjaganya
sehingga saat waktunya tiba, kau bisa menuliskan sebenar-benarnya yang kau rasa