Sadarlah buyung
sedari tadi kau hanya duduk memeluk dayung hingga sore
kayuhmu hanya dalam lamunan belaka
hanya sedepa mendekatnya pada renta yang kau tolak
Jika hanya itu, mana ada semesta kan mengaminkan kapsul waktu yang kau tunggu
Sadarlah buyung
berhentilah kau mengharapkan pedati jika kerjamu melulu hanya meraut bilah bambu
kau oles dan kau poles dengan peluh hingga ujung jarimupun tergores
Tapi... di akhir senja dengan pongah kau campak dia
ketika sedikit lagi dia bisa purna dan punya nama
Sampai malampun kau tunggu, takkan ada dia
gerobak yang kan mengekor padamu walaupun tegaknya berpayah-payah
Sadarlah buyung
dia bukan pewara dalam sandiwaramu
dia juga bukan pewarta dalam kabar sajakmu
Sadarkah kau?
kau mengayuh hanya agar kau tidak jatuh saja
bukan agar nanti kau bisa sampai kepada wajah Sang Raja
tak eloklah kau begitu
Janganlah kau teguk nira, saat dahagamu memuncak
Jangan juga kau kunci pintu jika akhirnya kau dobrak
Duduklah dulu, tenanglah buyung
asih yang kau asuh akan terus menitipkan tapak terompahnya padamu
selama lentera kecil di atas meja itu tidak kau rangkut
biarkan dia.. biarlah ronanya mencapai semua sudut
temanilah dia dengan pena dan cangkirmu yang selalu kau isi setengah penuh
Dari situ.. ufuk akan selalu terlihat dari dekikmu
sedari tadi kau hanya duduk memeluk dayung hingga sore
kayuhmu hanya dalam lamunan belaka
hanya sedepa mendekatnya pada renta yang kau tolak
Jika hanya itu, mana ada semesta kan mengaminkan kapsul waktu yang kau tunggu
Sadarlah buyung
berhentilah kau mengharapkan pedati jika kerjamu melulu hanya meraut bilah bambu
kau oles dan kau poles dengan peluh hingga ujung jarimupun tergores
Tapi... di akhir senja dengan pongah kau campak dia
ketika sedikit lagi dia bisa purna dan punya nama
Sampai malampun kau tunggu, takkan ada dia
gerobak yang kan mengekor padamu walaupun tegaknya berpayah-payah
Sadarlah buyung
dia bukan pewara dalam sandiwaramu
dia juga bukan pewarta dalam kabar sajakmu
Sadarkah kau?
kau mengayuh hanya agar kau tidak jatuh saja
bukan agar nanti kau bisa sampai kepada wajah Sang Raja
tak eloklah kau begitu
Janganlah kau teguk nira, saat dahagamu memuncak
Jangan juga kau kunci pintu jika akhirnya kau dobrak
Duduklah dulu, tenanglah buyung
asih yang kau asuh akan terus menitipkan tapak terompahnya padamu
selama lentera kecil di atas meja itu tidak kau rangkut
biarkan dia.. biarlah ronanya mencapai semua sudut
temanilah dia dengan pena dan cangkirmu yang selalu kau isi setengah penuh
Dari situ.. ufuk akan selalu terlihat dari dekikmu
0
komentar