Untai tak pernah pergi
Hati tak pernah lari
Tak bisa akhiri, tak mampu jalani
Hingga dia menggenggam buih
antara hari dan mimpi
rasa itu memang terasa.. lirih
Tanpa atap, bukan berarti rangkap
Tanpa ikat, tak selalu berarti singkat
Atas atap yang terikat, malam terpejam
menutup diam, hingga..
senyum yang tertanam tak lagi terlihat kelam
Hanya sari yang ampuh meniup peluh
Tinggi.. patinya terasa wangi
Di bawah titian sauh
tempatnya biasa terduduk memandang jauh
melewati batas tipis dunia
Dia akan tetap berada di sana, tak akan pernah kubiarkan jatuh...
Mengapa harus berhenti?
Kau tetap bisa menjadi sari
Kau tetap bisa menjadi pati
Tak harus lari, hanya butuh janji
hingga akhirnya kau bisa jalani
Mengapa?
Karena rima tak menuntut harus selalu sama
Apapun yang terlalui
Kau tetap sari
Kau tetap pati
Bawalah dia hingga dalam lelapnya miimpi...
dia tak lagi takut akan hari
Hati tak pernah lari
Tak bisa akhiri, tak mampu jalani
Hingga dia menggenggam buih
antara hari dan mimpi
rasa itu memang terasa.. lirih
Tanpa atap, bukan berarti rangkap
Tanpa ikat, tak selalu berarti singkat
Atas atap yang terikat, malam terpejam
menutup diam, hingga..
senyum yang tertanam tak lagi terlihat kelam
Hanya sari yang ampuh meniup peluh
Tinggi.. patinya terasa wangi
Di bawah titian sauh
tempatnya biasa terduduk memandang jauh
melewati batas tipis dunia
Dia akan tetap berada di sana, tak akan pernah kubiarkan jatuh...
Mengapa harus berhenti?
Kau tetap bisa menjadi sari
Kau tetap bisa menjadi pati
Tak harus lari, hanya butuh janji
hingga akhirnya kau bisa jalani
Mengapa?
Karena rima tak menuntut harus selalu sama
Apapun yang terlalui
Kau tetap sari
Kau tetap pati
Bawalah dia hingga dalam lelapnya miimpi...
dia tak lagi takut akan hari
0 Response to "Sari Pati"
Posting Komentar