Terkadang Menjadi Dewasa Itu Menyebalkan

Assalamaulaikum..

Selamat dhuha kawan-kawan sekalian. Yah.. ini terlalu siang untuk dianggap pagi dan terlalu pagi untuk disebut siang... ini dhuha.

Seringkali, waktu dhuha  menjadi waktu paling tenang bagimu. Pernah? Coba saja, di tengah kelasmu, di sela kerjamu, di atas kursimu, tengok sejenak ke luar jendela, ke dunia. Surya ada disana dengan kirana yang indah, melebihi cahaya fajar dan senja di sore dan pagimu, bayu meniup debu dan daun riuh, membuat ranting itu menari dan tersenyum, dan jika kau beruntung, di musim panas, akan ada pekik burung dan tonggeret diantara angin. Pernah? Pasti.. karena dhuha datang setiap hari.

Yah.. walaupun aku sendiri belum bisa istiqomah menjalankannya, tapi.. ayo sama-sama berusaha.

Salah satu waktu yang tidak berubah sejak kecil hingga hampir 23 tahun hidup sebagai aku, dhuha menjadi satu waktu yang tidak berubah, pesonanya tetap sama dan hangat.

Aku ingat, dhuha  balitaku selalu berhubungan dengan suara angin dan dedaunan, tertidur di atas dipan bambu pekarangan Uti, di bawah pohon belimbing, di seberang pohon mangga sisi jalan.

Aku ingat, dhuha di masa TKku selalu berhubungan dengan bubur ketan hitam hangat di teras bibiku, dan serial Teletubies yang selalu di putar jam sepuluh tanpa sempat berganti baju.

Aku ingat, dhuha di masa SDku selalu berhubungan dengan istirahat dan bermain gundu, meminum es berwadah plastik sambil memakan jajanan murah, membuat gaduh.

Aku ingat, dhuha di masa SMPku  selalu berhubungan dengan bakso dan lapangan basket yang dipakai bermain sepak bola, menunggu bel berbunyi hingga keringat itu kering dengan sendirinya.

Aku ingat dhuha di masa SMAku,  selalu berhubungan dengan candaan sohib dan rival serta musholla yang mulai dipenuhi remaja, sunnah, dan menunggu pelajaran kimia.

Dhuha di masa kuliahku.. hmmm... aku tak tau, tapi Alhamdulillah, aku masih sampai pada masa ini beserta perjuangan dan pengalaman yang tak kudapatkan sendiri.

Setiap dhuha yang kita jalani akan membuat kita semakin tua, belum tentu dewasa. Menjadi tua itu alamiah, tapi menjadi dewasa.. itu pilihan. Kau bisa saja memilih menjadi dewasa saat seharusnya kau mulai menjadi tua, tapi kau juga punya hak memilih tetap menjadi bocah, selama yang kau minta.

Mengapa sih kita harus menjadi dewasa? Jawabannya mudah..

Karena semua ada waktunya..

Tidak ada hal yang akan berlangsung selamanya...

Kanak-kanak, muda, remaja, dewasa, tua, tidak bisa serta merta kita dikotomikan semena-mena, karena bahkan di tengah waktu kita menjadi dewasa, kita masih punya hak untuk bermanja dan bertingkah bocah.

Dewasa itu pilihan, sebagaimana pakaian. Ada waktu kau harus memakai kedewasaan, dan ada waktu kau bisa  mengenakan topeng pahlawan dan mengikatkan selimut di pundakmu, berperan sebagai bocah yang tak pernah tumbuh tua. Tapi kau pasti sadar, ada perbedaan antara harus dan bisa, karena semakin kau bertambah tua, lemarimu akan bertambah besar, sedangkan topeng dan selimut itu memang tidak seharusnya kau simpan disana. Mereka memiliki tempatnya sendiri.

Menjadi dewasa terkadang terasa sangat menyebalkan, Mengapa? Karena kita akan lebih memikirkan hal yang perlu kita lakukan, bukan hal yang menyenangkan. Melakukan hal yang harus kita lakukan, bukan hal yang kita inginkan. Walaupun beberapa kali kita masih diberi kesempatan.. kesempatan untuk melakukan hal yang harus kita lakukan sekaligus hal yang kita inginkan, hal itulah yang akan membuatnya sangat menyenangkan. Gunakanlah kesempatan seperti itu dengan baik kawan, karena itu hanya terjadi beberapa kali.

Hanya bersama orang yang tepat kau bisa menjadi bocah sesukamu. Bisa jadi Tuhanmu, keluargamu, temanmu, pasanganmu, dirimu sendiri, atau bahkan orang yang sama sekali tidak kau kenal. Pilihlah dengan baik, karena tanpanya, segala sesuatu sama sekali tak akan lagi terasa menarik.

Pernah aku mengantarkan temanku, mengambil beberapa barang di rumahnya untuk keperluan KKN. Aku dijamu dengan baik, dipersilahkan duduk dan disuguhkan puding coklat yang baru saja matang. Ibunya, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda mengajakku mengobrol di sela kesibukannya dengan beberapa kertas di atas meja. Dari wajahnya, aku sudah mengerti bahwa beliau telah mengalami banyak hal yang memberinya pengalaman hidup, membuatnya bisa sebijaksana sekarang.

Disela obrolan, tanpa arah tiba-tiba beliau mengatakan padaku, "Semakin tua kita, semakin dewasa kita, masalah yang akan kita hadapi akan semakin kompleks... semakin kompleks."

Benar saja, setelah itu seolah hidupmu memasuki babak baru, level baru. Aku mulai melihat berbagai masalah yang ada dari berbagai sisi, suatu kompleksitas, dan mungkin.. mulai saat itu aku benar-benar berpikir mungkin sudah waktunya aku harus bisa dewasa.

"Aku kuat", itu yang berulang kali aku katakan pada diriku sendiri. Yah,, walaupun tidak mengurangi, tapi paling tidak menahan.

Mungkin karena aku tak pernah merasakan kekalahan sebelumnya. Hampir semua yang aku butuhkan dan inginkan, aku dapatkan. Kekalahan itu perlu, terlebih kekalahan dalam suatu hal yang baru, karena hal itu akan membuatmu banyak belajar untuk memperbaiki apa yang masih salah dalam dirimu. Jika kau selalu menang, kau tidak akan pernah belajar.

Setelah semua ini, pada dasarnya, hidup itu sederhana. Kita sendiri yang membuat hidup kita rumit. Jalanilah hidup dengan baik, karena dengan baik, seringkali kau bukan mendapatkan kesenangan, tapi kebahagiaan. ^_^

See you..




0 Response to "Terkadang Menjadi Dewasa Itu Menyebalkan"

Posting Komentar